Jalan Hidup Yesus
Jika
kita ditanyakan saat ini, menurut orang-orang, siapakah Yesus itu, bisa jadi
jawabnya Nabi Isa, Orang Yahudi dsb.
Namun jika ditanyakan lagi lebih lanjut, menurut kita siapakah Yesus
itu? Jawabannya juga bisa jadi seperti yang kita percayai saat ini, Yesus ada
mesias, Yesus adalah juru selamat, Yesus adalah anak Allah dan lain
sebagainya.
Kita
bisa menjawab seperti sekarang, karena kita bisa merasakan kasih Tuhan yang
luar biasa melalui hidupNya. Bagaimana
dengan murid-murid saat itu? Mengikuti
Tuhan Yesus yang membuat banyak mujizat membuat mereka menaruh harapan bahwa
Yesuslah yang menjadi mesias, menjadi orang yang dipilih dan diurapi Allah
untuk menyelamatkan mereka. Dalam
bayangan mereka, Yesus adalah orang yang sangat luar biasa.
Membaca
kisah ini, tadinya saya berpikir bahwa Yesus ingin menguji murid-muridNya
sejauh mana mereka para murid atau orang-orang mengenal Yesus. Ada yang bilang Yohanes pembaptis, Elia atau
nabi-nabi lainnya, yang pada intinya adalah orang-orang terkenal yang
menyelamtkan umat Israel seperti yang mereka baca di kitab suci. Dan mereka ingin Yesus seperti itu. Mereka ingin Tuhan Yesus tampil menyelamatkan
mereka. Pertanyaannya apakah mereka salah? Tentu tidak. Mereka punya harapan terhadap Yesus.
Yang
luar biasa adalah respon Yesus terhadap jawaban mereka. Yesus sadar mereka
punya harapan besar terhadap diriNya untuk menyelamatkan mereka. Harapan mereka adalah harapan dalam arti
politis dimana Yesus diharapkan menjadi pahlawan Yahudi yang membebaskan mereka
dari bangsa Romawi.
Yesus
tidak mau tergiring oleh harapan dan ekspektasi banyak orang. Berkali kali Dia mengatakan jangan
memberitahukan hal itu pada orang lain, karena dalam situasi pada saat itu,
Yesus tidak mau segala tindakan dan mujizatnya disalahartikan menjadi suatu
ajang pamer kekuatan dalam konteks politik.
Dan
yang tidak terduga-duga yang dilakukan oleh Yesus adalah Dia tidak
memperpanjang cerita mengenai siapa diriNya, tetapi menceritakan alasan Dia ada
di tengah-tengan mereka. Ia menceritakan jalan
hidupNya kepada para murid yang tidak diduga-duga. Tentang penderitaan yang harus ditanggungNya. Mesias yang harus menderita. Yesus tidak menjalani hidupnya dengan segala
puja dan puji pada para Murid, namun menjalani hidupNya yakni Jalan Salib dan penderitaan. Dan ini mungkin mengagetkan para murid.
Cerita
mengenai penderitaan ini, tentu tidak bisa langsung dicerna dan dimengerti oleh
para murid saat itu. Pada
perikop-perikop berikutnya Yesus akan bercerita mengenai
penderitaan-penderitaan yang akan dialamiNya.
Dan penderitaan itu adalah jalan yang telah ditetapkan oleh Allah
sendiri.
Yesus sengaja bertanya mengenai DiriNya, karena pada
dasarnya Ia ingin mengubah mindset dan pikiran para Murid tentang kehidupan dan
kehadiranNya di dunia ini bukan dari pandangan manusia tetapi dari pandangan
Allah.
Jalan Hidup Manusia
Kita sebagai manusia, juga memiliki jalan hidup
kita. Mari kita gambarkan jalan hidup
kita menurut orang lain? Bagaimana
tanggapannya? Sering kali orang-orang
terdekat kita, keluarga, sahabat, teman kerja, teman di gereja mempengaruhi
jalan hidup kita, dalam arti mempengaruhi setiap keputusan-keputusan hidup
kita. Mau nikah, mau kerja, bahkan mau
makan dimana pun kadang2 tergantung orang lain. Atau bahkan sebaliknya, kita tidak bisa
menahan diri juga membuat stigma atau pandangan kita terhadap orang lain atau
bahkan mempengaruhinya. Kita bisa memberi cap
pada orang lain positif dan negatif sehingga orang lain tidak nyaman atau
nyaman hidupnya. Kita cenderung ingin
mengarahkan orang lain sesuai dengan apa yang kita mau. Kalau tidak cocok atau berbeda kita akan
memberi saran, mengkritik bahkan memaksa orang lain itu berubah sesuai
keinginan kita. Kita terlalu sering
merasa lebih tahu apa yang pantas dan tidak pantas untuk orang lain memutuskan
hidupnya.
Itu dengan manusia, bagaimana dengan Allah. Kita merasa bahwa Allah adalah Juru Selamat
yang mengasihi kita sehingga dalam doa-doa kita sering memaksa Allah sesuai
keinginan kita. Dalam doa, kita sering
mengatakan kehendakMu jadilah, namun apakah kita dengan tulus tidak memaksa Dia
dengan permohonan2 kita supaya cepat dikabulkan.
Seperti para murid yang mempunyai harapan kepada
Yesus, kita pun demikian. Namun Hidup yang benar adalah ketika kita berhenti
merumuskan siapa dan bagaimana Yesus menurut kita. Bukan kita yang mengatur Dia, tetapi Dialah
yang merumuskan bagaimana seharusnya kita hidup.
Ketika Tuhan memutuskan untuk menderita. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga turut menderita? Masalahnya bukan menderita atau tidak
menderita, bukan senang atau susah. Masalahnya apakah kita mau menjalani hidup
kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam
masa menjelang Paskah ini kita memandang penderitaan dan salib Kristus, karena
Ia akan membentuk, mengarahkan dan mengkoreksi kita. Ia akan mengubah kita menjadi manusia yang
baik menurut Tuhan. Jadi bukan kita yang
memberi pandangan tentang Tuhan, tetapi Tuhan yang memandang kita, menurut
Tuhan seperti apa kita ini?
Jika kita menyadari ini, berarti juga kita menyadari
bagaimana setiap orang punya jalan hidupnya di mata Tuhan. Jadi kita bisa menghormati orang lain karena hidup mereka
bukan ditentukan oleh kita, melainkan oleh Tuhan. Tujuan renungan ini, bukanlah mempertanyakan
siapa Tuhan itu, tetapi siapa diri kita di mata Tuhan? Apakah kita mampu mengubah diri kita sesuai
dengan apa yang Tuhan inginkan, bukan mengubah orang lain sesuai dengan apa
yang kita inginkan.
Jadi pertanyaan Yesus tentang DiriNya akan berbunyi
lain di hati kita. Jadi menurut Kamu, siapa Aku ini? Jawab kita, Engkaulah Tuhan yang membentuk
aku menjalani hidupku. Bukan seperti yang
aku mau, tetapi seperti yang Engkau mau.
Amin.